"Dikaaa!"
teriak Gita saat sampai dikelas. "dikaa dika dika dika dika dengerin
gue!"
"apaan
sih lo pagi pagi udah tereak tereak" protes dika. "emang ya sahabat
gue yang satu ini bener bener gak punya malu"
Gita memonyongkan bibirnya
3cm. "yauda ga jadi deh. Padahal gue mau crita tentang Siska"
"eh
eh sorry deh git, tarik kata kata gue barusan, hehe. Ayo dong critain gimana
siska" pinta dika kemudian
"ogah"
"pliis"
"ogaah"
"ayo
dong gitaaa. Lo sahabat gue yang paling cantik"
"gombal
lo. Gak mempan bego"
Dika
mulai menunjukkan wajah sok imutnya.
Gita
menarik nafas panjang. Kemudian akhirnya ia menceritakan hasil penyelidikannya
mengenai Siska, siswi kelas sebelah sekaligus cewek yang ditaksir Dika, sahabat
baik Gita sejak SMP. Meskipun sahabat, tak mungkin salah satu dari mereka tidak
mempunyai rasa lebih dari sekedar sahabat. Dan hal itu di alami oleh Gita. Gita
menyayangi Dika lebih dari sekedar sahabat. Namun ia tak mampu untuk
mengungkapkan kepada Dika karena takut persahabatan mereka rusak. Apalagi gita tahu
kalau dika menyukai siska. Maka dari itu gita berusaha melakukan yang terbaik
untuk dika agar ia bisa bahagia. Tak dapat dipungkiri bahwa hati gita sakit
saat dika curhat tentang siska namun ia tetap berusaha untuk tegar.
Dika menunjukan wajah
sumringah "waaa serius lo git ? Itu mah emang tipe gue bangeet"
"yaiyalah
serius. Buat apa juga gue bo'ong ama lo. Gue gak mau lo neror gue terus gara
gara menggalaui siska" jawab gita cuek.
Dika
mencubit kedua pipi gita "iiih lo itu emang bakat jadi detektif, git. Gue
bangga ama lo dah"
"ih,
sakit bego!"
"terus
terus, menurut lo gue cocok gak sama siska?" tanya dika
Gita
bengong.
"git?
Gita? Haloo?" dika melambaikan tangannya di depan wajah gita.
Lamunan
gita seketika buyar "ehh... Iya... Iya cocok kok"
"Sip
daaah. Semakin semangat gue buat ngegebet siska"
Gita
mengangguk. Kemudian tubuhnya di jalari kecemburuan dan hatinya kembali sakit.
Seminggu
kemudian, gita telah berhasil mendapatkan nomor hape siska. Dika selalu cerita
kepada gita tentang sms-annya dengan siska. Dua minggu setelah itu dika
berhasil dekat dengan siska dan akhirnya bisa jalan bareng. Gita yang selalu di
curhati dika terus menerus mengalami sakit yang luar biasa. Namun gita tetap
berusaha tersenyum dan terus tersenyum.
"git,
temenin gue yuk" ajak dika suatu hari.
"kemana
?"
"cari
kado buat siska. Gue mau nembak dia"
Seketika
sakit itu menyerang hati gita lagi. Dan kali ini rasanya lebih sakit dari
biasanya. Rasanya ia ingin menangis, tapi tak mungkin.
"bi...bisa...kok,
dik" katanya kemudian.
"pinter,
ayo berangkat sekarang"
Akhirnya
mereka pergi ke suatu mal. Dika selalu menanyakan apakah ini atau itu bagus
untuk siska. Namun gita selalu menjawab tidak. Hingga akhirnya mereka sampai di
toko boneka.
"dika
dika, lihat, yang ini lucu deh" gita menunjukkan sebuah boneka anjing
bewarna coklat muda dengan sebuah pita merah di kepalanya.
"yakin
lo ?" tanya dika.
"iyaa.
Percaya deh ama gue. Cewek itu biasanya suka sama boneka anjing yang unyu unyu
kayak gini. Gue aja suka" terang gita.
"lo
mau boneka ini?" tanya dika lagi.
Gita
tersenyum. Namun kemudian senyumnya pudar "nggak lah, ini gue pilih buat
siska" jawab gita berbohong. Kapan gue bisa terima boneka ini khusus dari
lo, dika? Gumam gita.
"ooh,
bagus deh. Gue terima pilihan lo"
Setelah
kejadian itu, entah kenapa dika nggak pernah lagi curhat ke gita tentang siska.
Sama sekali. Gita curiga dika ditolak trus ntar kenapa kenapa. Namun disisi
lain gita senang dika tak pernah curhat mengenai siska.
Gita
akhirnya pergi kerumah dika untuk memastikan keadaan sahabatnya itu.
"eh,
gita" sapa mama nya dika saat membuka pintu. "dika ada tuh di dalem.
Masuk aja"
"iya
tante terima kasih"
Saat
sampai dikamar dika, terlihat cowok itu sedang bermain gitar kesayangannya.
"dik..."
sapa gita pelan.
Dika
seketika menoleh "eh, elo git. Mumpung lo disini, kita jalan yuk. Uda lama
kita gak jalan jalan" ajak dika tiba tiba
"tumbeeen"
gita mengernyitkan dahi "aah gue tau. Lo mau ngasih PJ ama gue kan, karna
lo uda jadian sama siska"
Dika
diam tak menjawab lalu menutup pintu kamarnya.
"heh
kok ditutup sih ? Katanya mau jalan jalan?" gita menggedor pintu.
"emang
lo mau jalan ama gue cuma pake boxer ama oblong?"
"oiya
yah, yauda cepetan!"
Setelah
menunggu 5 menit, dika keluar dan langsung menarik tangan gita
"mah,
pamit yah, mau pergi sama gita" pamit dika kepada mamanya. Mamanya hanya
mengangguk.
Mereka
berdua sampai di sebuah cafe yang menjual serba es krim.
"uwaah,
ini kan tempat favorit gue" celetuk gita.
"yaiyalah
bego. Masa ya tempat favorit tetangga lo" jawab dika sewot dan langsung
mencari tempat duduk.
Setelah
menghabiskan semua es krim, tiba tiba dika berubah menjadi serius.
"git,
gue mau ngomong jujur ama lo. Tapi lo jangan marah ya"
"emang
apaan ?" gita penasaran.
"sebenernyaa...mm
sebenernyaa gue...gue..."
"iyaaa
lo kenapa" gita menunggu nunggu
"sebenernya
gue suka sama lo, gue sayang ama lo, gita. Lo mau nggak jadi pacar gue? Apapun
jawabanya gue terima"
"what?!"
gita kaget. Seketika jantungnya berdebar debar. Apakah ini nyata? Gumam gita.
"tapi... Bukanya lo suka sama siska?"
"itu
dulu, sebelum gue sadar"
"sadar
maksud lo ?"
"gue
sadar, cuma lo yang selalu ngertiin gue, selalu ada di samping gue, selalu
dengerin cerita gue, dengerin guyonan gue meski garing tapi lo tetep ketawa.
Siska nggak pernah mau dengerin cerita gue. Kalo gue cerita, dia selalu motong
omongan gue, dia gak pernah bisa tampil apa adanya kaya lo. Dia nggak bisa
ngelakuin hal yang sama kayak yang lo lakuin ke gue. Dia nggak pernah bisa
kayak elo. Nggak akan pernah bisa, gita" aku dika.
Kemudian
gita meneteskan air matanya dan tersenyum tanda bahagia. Dia nggak pernah
menyangka mimpinya selama ini menjadi nyata.
"tapi...kita
kan sahabatan. Lo nggak takut kalau..." pertanyaan gita menggantung.
"kalo
persahabatan kita rusak?" tebak dika. "plis deh git, sekarang jangan
anggep gue sebagai sahabat lo. Tapi sebagai pacar lo. Tapi gue yakin kok,
cerita hubungan kita berdua bakal di denger sama anak anak kita kelak"
"lo
serius?" tanya gita meyakinkan dika.
"sejutarius"
jawab dika mantap. "jadi?"
Gita
menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan. Kemudian dika mengeluarkan sebuah
kotak kado untuk gita.
"dika...ini
kan boneka pilihan gue buat siska waktu itu" kata gita saat membuka kotak
itu
"iya,
setelah gue pikir, mending gue kasih ke elo daripada siska. Karna lo lebih
penting buat gue"
Gita
kembali tersenyum.
Kemudian
dika berdiri untuk memeluk gita. Air mata gita kembali menetes. Ia sangat
bahagia dalam pelukan dika sekarang, besok, dan sampai kapanpun.