Rabu, 07 November 2012

My Best (girl)Friend

"Dikaaa!" teriak Gita saat sampai dikelas. "dikaa dika dika dika dika dengerin gue!"
"apaan sih lo pagi pagi udah tereak tereak" protes dika. "emang ya sahabat gue yang satu ini bener bener gak punya malu"
Gita memonyongkan bibirnya 3cm. "yauda ga jadi deh. Padahal gue mau crita tentang Siska"
"eh eh sorry deh git, tarik kata kata gue barusan, hehe. Ayo dong critain gimana siska" pinta dika kemudian
"ogah"
"pliis"
"ogaah"
"ayo dong gitaaa. Lo sahabat gue yang paling cantik"
"gombal lo. Gak mempan bego"
Dika mulai menunjukkan wajah sok imutnya.
Gita menarik nafas panjang. Kemudian akhirnya ia menceritakan hasil penyelidikannya mengenai Siska, siswi kelas sebelah sekaligus cewek yang ditaksir Dika, sahabat baik Gita sejak SMP. Meskipun sahabat, tak mungkin salah satu dari mereka tidak mempunyai rasa lebih dari sekedar sahabat. Dan hal itu di alami oleh Gita. Gita menyayangi Dika lebih dari sekedar sahabat. Namun ia tak mampu untuk mengungkapkan kepada Dika karena takut persahabatan mereka rusak. Apalagi gita tahu kalau dika menyukai siska. Maka dari itu gita berusaha melakukan yang terbaik untuk dika agar ia bisa bahagia. Tak dapat dipungkiri bahwa hati gita sakit saat dika curhat tentang siska namun ia tetap berusaha untuk tegar.
Dika menunjukan wajah sumringah "waaa serius lo git ? Itu mah emang tipe gue bangeet"
"yaiyalah serius. Buat apa juga gue bo'ong ama lo. Gue gak mau lo neror gue terus gara gara menggalaui siska" jawab gita cuek.
Dika mencubit kedua pipi gita "iiih lo itu emang bakat jadi detektif, git. Gue bangga ama lo dah"
"ih, sakit bego!"
"terus terus, menurut lo gue cocok gak sama siska?" tanya dika
Gita bengong.
"git? Gita? Haloo?" dika melambaikan tangannya di depan wajah gita.
Lamunan gita seketika buyar "ehh... Iya... Iya cocok kok"
"Sip daaah. Semakin semangat gue buat ngegebet siska"
Gita mengangguk. Kemudian tubuhnya di jalari kecemburuan dan hatinya kembali sakit.

Seminggu kemudian, gita telah berhasil mendapatkan nomor hape siska. Dika selalu cerita kepada gita tentang sms-annya dengan siska. Dua minggu setelah itu dika berhasil dekat dengan siska dan akhirnya bisa jalan bareng. Gita yang selalu di curhati dika terus menerus mengalami sakit yang luar biasa. Namun gita tetap berusaha tersenyum dan terus tersenyum.

"git, temenin gue yuk" ajak dika suatu hari.
"kemana ?"
"cari kado buat siska. Gue mau nembak dia"
Seketika sakit itu menyerang hati gita lagi. Dan kali ini rasanya lebih sakit dari biasanya. Rasanya ia ingin menangis, tapi tak mungkin.
"bi...bisa...kok, dik" katanya kemudian.
"pinter, ayo berangkat sekarang"
Akhirnya mereka pergi ke suatu mal. Dika selalu menanyakan apakah ini atau itu bagus untuk siska. Namun gita selalu menjawab tidak. Hingga akhirnya mereka sampai di toko boneka.
"dika dika, lihat, yang ini lucu deh" gita menunjukkan sebuah boneka anjing bewarna coklat muda dengan sebuah pita merah di kepalanya.
"yakin lo ?" tanya dika.
"iyaa. Percaya deh ama gue. Cewek itu biasanya suka sama boneka anjing yang unyu unyu kayak gini. Gue aja suka" terang gita.
"lo mau boneka ini?" tanya dika lagi.
Gita tersenyum. Namun kemudian senyumnya pudar "nggak lah, ini gue pilih buat siska" jawab gita berbohong. Kapan gue bisa terima boneka ini khusus dari lo, dika? Gumam gita.
"ooh, bagus deh. Gue terima pilihan lo"

Setelah kejadian itu, entah kenapa dika nggak pernah lagi curhat ke gita tentang siska. Sama sekali. Gita curiga dika ditolak trus ntar kenapa kenapa. Namun disisi lain gita senang dika tak pernah curhat mengenai siska.

Gita akhirnya pergi kerumah dika untuk memastikan keadaan sahabatnya itu.
"eh, gita" sapa mama nya dika saat membuka pintu. "dika ada tuh di dalem. Masuk aja"
"iya tante terima kasih"

Saat sampai dikamar dika, terlihat cowok itu sedang bermain gitar kesayangannya.
"dik..." sapa gita pelan.
Dika seketika menoleh "eh, elo git. Mumpung lo disini, kita jalan yuk. Uda lama kita gak jalan jalan" ajak dika tiba tiba
"tumbeeen" gita mengernyitkan dahi "aah gue tau. Lo mau ngasih PJ ama gue kan, karna lo uda jadian sama siska"
Dika diam tak menjawab lalu menutup pintu kamarnya.
"heh kok ditutup sih ? Katanya mau jalan jalan?" gita menggedor pintu.
"emang lo mau jalan ama gue cuma pake boxer ama oblong?"
"oiya yah, yauda cepetan!"
Setelah menunggu 5 menit, dika keluar dan langsung menarik tangan gita
"mah, pamit yah, mau pergi sama gita" pamit dika kepada mamanya. Mamanya hanya mengangguk.

Mereka berdua sampai di sebuah cafe yang menjual serba es krim.
"uwaah, ini kan tempat favorit gue" celetuk gita.
"yaiyalah bego. Masa ya tempat favorit tetangga lo" jawab dika sewot dan langsung mencari tempat duduk.

Setelah menghabiskan semua es krim, tiba tiba dika berubah menjadi serius.
"git, gue mau ngomong jujur ama lo. Tapi lo jangan marah ya"
"emang apaan ?" gita penasaran.
"sebenernyaa...mm sebenernyaa gue...gue..."
"iyaaa lo kenapa" gita menunggu nunggu
"sebenernya gue suka sama lo, gue sayang ama lo, gita. Lo mau nggak jadi pacar gue? Apapun jawabanya gue terima"
"what?!" gita kaget. Seketika jantungnya berdebar debar. Apakah ini nyata? Gumam gita. "tapi... Bukanya lo suka sama siska?"
"itu dulu, sebelum gue sadar"
"sadar maksud lo ?"
"gue sadar, cuma lo yang selalu ngertiin gue, selalu ada di samping gue, selalu dengerin cerita gue, dengerin guyonan gue meski garing tapi lo tetep ketawa. Siska nggak pernah mau dengerin cerita gue. Kalo gue cerita, dia selalu motong omongan gue, dia gak pernah bisa tampil apa adanya kaya lo. Dia nggak bisa ngelakuin hal yang sama kayak yang lo lakuin ke gue. Dia nggak pernah bisa kayak elo. Nggak akan pernah bisa, gita" aku dika.
Kemudian gita meneteskan air matanya dan tersenyum tanda bahagia. Dia nggak pernah menyangka mimpinya selama ini menjadi nyata.
"tapi...kita kan sahabatan. Lo nggak takut kalau..." pertanyaan gita menggantung.
"kalo persahabatan kita rusak?" tebak dika. "plis deh git, sekarang jangan anggep gue sebagai sahabat lo. Tapi sebagai pacar lo. Tapi gue yakin kok, cerita hubungan kita berdua bakal di denger sama anak anak kita kelak"
"lo serius?" tanya gita meyakinkan dika.
"sejutarius" jawab dika mantap. "jadi?"
Gita menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan. Kemudian dika mengeluarkan sebuah kotak kado untuk gita.
"dika...ini kan boneka pilihan gue buat siska waktu itu" kata gita saat membuka kotak itu
"iya, setelah gue pikir, mending gue kasih ke elo daripada siska. Karna lo lebih penting buat gue"
Gita kembali tersenyum.
Kemudian dika berdiri untuk memeluk gita. Air mata gita kembali menetes. Ia sangat bahagia dalam pelukan dika sekarang, besok, dan sampai kapanpun.